Palembang Kota Empek-Empek (Takdir Ishak)
- Takdir Ishak
- 6 Agu 2020
- 3 menit membaca
Diperbarui: 15 Feb 2023

Palembang dikenal sebagai kota pempek, sebab pempek menjadi kuliner khas kota tersebut.Namun, ternyata Palembang memiliki beragam nama julukan yang lain!
Kota Tertua di Indonesia
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia.Hal ini tercatat di dalam sebuah prasasti bernama Prasasti Kedukan Bukit.
Prasast itu menceritakan mengenai penemuan sebuah tempat pada tahun 688 Masehi.
Dikenal sebagai Kota Pempek
Siapa yang tak kenal pempek? Pempek adalah makanan khas Palembang.
Makanan ini terbuat dari daging ikan yang digiling dan tepung kanji, kemudian dimasak dan dimakan dengan siraman kuah cuko.
Pempek masuk ke Palembang karena dibawa oleh perantau dari Tiongkok sekitar abad 16.
Saking khasnya makanan ini di kota Palembang, sampai akhirnya Palembang mendapat julukan sebagai kota pempek.

Merupakan Wilayah Maritim
Banyak juga yang mengenal Palembang sebagai wilayah maritim sebab daerahnya terletak di tepi sungai terpanjang.
Masyarakat Palembang juga sudah terbiasa dengan teknologi pembuatan perahu sejak lama.
Tepatnya sejak kejayaan Kerajaan Sriwijaya di masa lampau.
Kerajaan Sriwijaya juga terkenal akan sistem perdagangannya.
Kerajaan ini memperluas pasar ke beberapa daerah lain di sekitarnya, seperti Selat Sunda, Laut Cina Selatan, dan sebagainya.
Pusat Kerajaan Buddha Terbesar di Asia Tenggara
Nama Palembang tentu tak lepas dari Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Buddha terbesar pada zamannya sekaligus kerajaan yang memiliki angkatan laut terkuat.
Kerajaan Sriwijaya menguasai hubungan dagang di jalur-jalur perdagangan laut.Maka itu, kerajaan ini memperkuat armada laut mereka untuk mempertahankan daerah kekuasaan.Hingga sekarang, Palembang masih dikenal juga dengan sebutan "Bumi Sriwijaya".Bahkan nama Sriwijaya juga digunakan untuk nama produk atau nama klub bola di Palembang.

Kisah Pulau Kemaro dipercaya berasal dari legenda cinta seorang saudagar Tiongkok dan putri asli Palembang. Sang saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An jatuh cinta kepada Siti Fatimah. Tan Bun An lalu memboyong sang pujaan hati ke Tiongkok untuk meminta restu dari orang tuanya. Setelah merestui pernikahan sang anak, orang tua Tan Bun An lalu memberikan hadiah berupa tujuh guci besar kepada sang anak dan menantu.
Tan Bun An dan Siti Fatimah lalu berlayar pulang ke Palembang dengan membawa guci-guci pemberian orang tuanya. Saat masih berada di tengah Sungai Musi, Tan Bun An penasaran dengan isi guci-guci itu lalu membukanya. Maka terkejutlah Tan Bun An melihat guci berisi sawi-sawi asin. Hal tersebut membuat Tan Bun An marah dan melemparkan guci-guci itu ke Sungai Musi. Ketika hendak melempar guci ketujuh, tanpa sengaja guci tersebut jatuh dan pecah di perahu. Ternyata guci pecah itu berisi harta benda yang permukaannya ditutupi sawi-sawi asin.
Tan Bun An yang sudah membuang enam guci lantas menyesali perbuatannya. Tanpa pikir panjang, Tan Bun An segera melompat ke air untuk mengambil kembali guci-gucinya. Melihat hal tersebut, sang pengawal pun ikut terjun untuk membantu majikannya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tan Bun An dan pengawalnya tak kunjung muncul ke permukaan sungai sehingga membuat Siti Fatimah panik. Hingga akhirnya Siti Fatimah memutuskan untuk lompat ke air dan mengalami nasib yang sama dengan Tan Bun An serta pengawalnya.
Beberapa waktu kemudian, munculah pulau kecil di tempat Tan Bun An dan Siti Fatimah terjun ke Sungai Musi. Pulau tersebut dinamai Kemaro yang artinya kemarau karena tidak pernah terendam air meskipun arus gelombang Sungai Musi sedang tinggi. Kisah asal usul inilah yang juga menarik keingintahuan para wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Kemaro dan berziarah ke makam Tan Bun An serta Siti Fatimah.
Lokasi
Karena letak Pulau Kemaro berada di delta Sungai Musi, maka Anda bisa menyewa perahu cepat di Sungai Musi untuk mencapai pulau. Waktu tempuh yang dibutuhkan kurang lebih 30 menit. Tarif sewa perahu cepat ini berkisar Rp 50.000 - Rp 70.000.
Apabila Anda bepergian dari arah bandara Sultan Mahmud Badaruddin, delta Sungai Musi hanya berjarak 6 KM dan dapat dicapai dengan taksi atau menyewa kendaraan dari bandara. Bagi Anda yang menginap di BATIQA Hotel Palembang, dermaga Sungai Musi dapat dicapai dalam waktu 20 menit berkendara.
Panduan Orang Dalam
Gunakan dua alternatif sarana transportasi untuk pergi ke Pulau Kemarau dari dermaga Sungai Musi, yaitu menggunakan speedboat dengan mesin bertenaga besar dan cepat mulai dari Rp100.000-Rp150.000 dan membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit atau menggunakan perahu ketek dengan waktu tempuh yang lebih lambat di harga Rp80.000- Rp100.000.
Karena cuaca menjadi sangat terik, mengawasi Anda melihat pakaian yang nyaman dan menaburkan tabir surya sebelum mengunjungi Pulau Kemaro. Pilih waktu di pagi atau sore hari untuk mengurangi terpaan sinar matahari.
Pulau Kemaro memiliki agenda upacara keagamaan Tionghoa. Cocokkan jadwal kunjungan Anda dengan agenda upacara agar kunjungan Anda ke Pulau Kemaro semakin berkesan.
Comments